Ibu Iis Safuroh, menjadi narasumber kesekian di sesi motivasi kali ini. Beliau merupakan alumni WAG Belajar Menulis PGRI gelombang 16. Satu angkatan dengan Ambu Tini yang menjadi narasumber  di sesi motivasi sebelumnya.

Pemilik blog Jurnal Iz Shafura ini, memiliki deretan prestasi sejak 2004. Terakhir beliau mendapat penghargaan sebagai juara 2 untuk lomba Karya Tulis Nyata Guru Kreatif Inovatif Kabupaten Cianjur 2020.

Ibu Iis juga tercatat sebagai Penulis artikel di Majalah ISMA, Penyiar radio pemerintah kabupaten Cianjur, Jurnalis lepas dan marketing pariwisata kabupaten Cianjur, Dosen di STIE Suluh Bangsa cabang Cianjur, dan Guru di Yayasan Madrasah Tanwiriyah kabupaten Cianjur. 

Dari sederet profesi yang disandangnya beliau bangga dan bahagia menjadi seorang guru. Motivasi beliau menjadi guru karena ingin memberikan ilmu yang bermanfaat sehingga kelak menerangi alam kubur. Bahkan menjadi guru sudah ada dalam mimpi-mimpi beliau di waktu kecil. Meski beliau tahu menjadi guru konsekuensinya berat karena berorientasi pada akhirat. Apalagi menjadi guru, harus mengajarkan kebaikan dan menjadi teladan. Oleh karenanya Ibu Iis senantiasa berupaya mengupgrade diri.

Menurut Ibu Iis ada dua nama besar yang memengaruhinya, beliau adalah Ibu Kasur dan Kak Seto. Hal tersebut pula yang kemudian membuat Ibu Iis memilih sertifikasi menjadi guru kelas di Raudhatul Athfal.

Sejak menjadi dosen, Ibu Iis berupaya untuk terus mengupgrade diri, salah satunya dengan menulis. Hal tersebut juga erat kaitannya dengan pesan dari dosen beliau saat menempuh magister PAI yang mengatakan, "Anda harus membuat karya buku minimal 1 buku seumur hidup". Pesan tersebut disampaikan oleh Alm. Prof.Nana Saodih. Meski saat itu beliau merasa tidak mungkin jadi penulis namun pesan dosennya menjadi lecutan tersendiri. 

Berangkat dari pesan dosen beliau, Ibu Iis menjemput cita-citanya menjadi penulis. Salah satu yang menjembataninya adalah KSGN. Di sinilah beliau menemukan moment "Ahha!", dari banyaknya kritik dan saran justru semakin melejitkan cita-citanya untuk menjadi penulis. 

Dari kegiatan di WAG Belajar Menulis Bersama PGRI, diakui Ibu Iis bahwa beliau senang meresume apa yang dipaparkan oleh narasumber. Hasil Resume dari kegiatan inilah yang kemudian menjadi buku ketiga beliau yang berjudul Menulis itu Rekreasi. Buku dengan sampul yang memuat foto Ibu Iis dan putri semata wayangnya. Tidak berhenti sampai disitu dalam tiga bulan beliau sudah menulis tiga buku dan sedang dalam proses menuju buku ke empat, sebuah antologi cerpen. 

Selain belajar menulis, dengan mengikuti WAG Belajar Menulis PGRI dan bergabung di gelombang 16 membuat Ibu Iis menjadi diri sendiri dan bebas berekspresi namun tetap mengikuti etika. Khawatir ada peringatan virtual dari polisi berkenaan dengan UU ITE. 

Diakui Ibu Iis bahwa beliau tidak memiliki kelebihan dalam menulis, tetapi menyukai menulis. Dalam arti yang sebenarnya. Dan beliau belajar banyak hal setelah mengikuti WAG Belajar Menulis PGRI ini. Bergabung di WAG ini benar-benar cocok untuk invest ilmu, supaya berkembang. Contohnya seperti beliau sendiri yang tadinya hanya menerbitkan 1 buah buku, berlanjut ke buku ke dua, ke tiga, ke empat. Juga buku ke lima yang disponsori dan menuju buku ke enam yang semoga mampu menembus penerbit Mayor.

Ada empat syarat utama untuk menjadi penulis pemula versi Ibu Iis:
  1. Penulis tidak boleh sombong
  2. Harus sering show up
  3. Berani memulai
  4. Bersikap terbuka

Mulailah memulai menulis dari hal-hal yang disukai, yang biasa dialami /dilakukan, dan harus berani menuliskan ilmu agar bermanfaat bagi banyak orang. 

Bagi Ibu Iis jika dampak menyanyi, rekreasi, membuat kita lebih rileks ataupun halnya seperti qori/qori'ah yang melantunkan ayat suci Alqur'an dengan nada indah, maka MENULIS pun memberikan efek relaksasi. Karena setelah menulis biasanya hati kita menjadi lebih lapang.

Dengan menulis memberikan banyak peluang untuk membaca, menjadi penulis membuat kita lebih kreatif untuk "naik kelas" karena Allah akan meningkatkan derajat orang berilmu. Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah, "Ikatlah ilmu dengan menulisnya".

Ibu Iis menambahkan bahwa berdasarkan hasil penelitian, menulis itu sama dengan delapan kali membaca. Jadi lebih epektif untuk belajar. Menjadi penulis seperti sedang mengerjakan hobi, menyenangkan dan bahkan seperti sedang rekreasi, karena menulis tanpa beban akan membuat beberapa kali  hasil belajarnya akan lebih baik

Selain itu dengan menulis menjadikan kita berpengetahuan luas juga belajar mengimplementasikan ilmu. Untuk yang memiliki kekurangan dalam menyampaikan secara langsung menulis menjadi cara untuk kita berani speak up atas berbagai isu dan opini.

Tiada apapun yang akan membuat kita merasa mampu selain berikhtiar dan tawakkal pada Sang Maha Pencipta. Allah SWT. Teruslah berkegiatan positif dan berkomunitas positif. Pungkas Ibu Iis menutup sesi motivasi malam ini.