Salah satu hal yang paling membahagiakan dalam hidup setelah menikah adalah memiliki bayi. Hal itulah yang saya rasakan saat pertama kali menjadi seorang ibu. Meski tentu saja setelah memiliki bayi di hadapan saya terbentang babak kehidupan yang baru. 

Setelah memiliki bayi rasanya pusat semesta tertuju pada makhluk mungil, lucu dan menggemaskan tersebut. Apalagi saat tumbuh kembangnya. Rasanya setiap detiknya begitu berharga untuk diabadikan. Kelucuannya, gerak-geriknya, semuanya membuat saya ingin selalu mengabadikannya untuk dilihat lagi nanti saat ia dewasa. Begitulah, kalau soal anak sendiri memang tidak ada habisnya untuk diceritakan ya bund? 😁 

Salah satu upaya merekam kenangan yang saya lakukan dan sepertinya juga dilakukan oleh banyak ibu di dunia adalah dengan memotret si kecil. Dari anak pertama sampai ketiga foto-fotonya masih saya simpan. Foto saat mereka pertama kali lahir, tersenyum, makan, duduk, merangkak, berdiri, play date, dan ulang tahun tentu saja. Dari pose yang terencana sampai yang random dan candid.

Saya dan suami suka sekali kegiatan mengabadikan momen ini karena seperti melihat ulang perjalanan tumbuh kembang anak-anak kami. Selain itu juga memunculkan rasa kepercayaan diri pada anak. Saat meminta mereka berpose misalnya, anak-anak jadi belajar cara mengekspresikan diri dan bagi kami hal ini sangat menyenangkan.

Sampai pada suatu ketika, saya dan suami dengan properti seadanya memotret anak nomor dua yang pada saat itu baru berumur 42 hari. Fotonya di atas kasur yang saya tutupi dengan kain ihram yang kebetulan selalu saya gunakan sebagai selimut 😂. Selain itu juga memanfaatkan tutup keranjang yang di selimuti dengan sweater fur milik saya. Benar-benar seada-adanya saja, karena sebelumnya tidak kepikiran untuk benar-benar propper menyiapkan foto newborn.
 

Bayi no 2, usia 42 hari


Waktu bayi pertama kami lahir pun foto-fotonya tidak propper. Saat itu sama sekali tidak kepikiran buat beli props yang menunjang pose-pose bayi kami. Kayaknya tahun 2013 saat itu newborn photography belum sehype sekarang. Kalau sudah mana mau ketinggalan ya kan, pasti ikut-ikutan versi low budgetnya 😂


Bayi no 1, usia 5 bulan 17 hari


Idealnya kalau mau foto bayi memang di bawah usia kurang dua minggu, selepas puput pusar sekira usia 5 - 11 hari. Karena bayi di bawah dua minggu biasanya durasi tidurnya relatif masih panjang. Jadi anteng dan mempermudah sesi pemotretan. Kalau di atas dua minggu apalagi masuk hitungan bulan dan tahun yang ada harus kejar-kejaran sama si bayi 😁. 

Selain itu kalau memotret bayi dan anak-anak harus punya stok sabar berlebih karena seperti kita tahu anak-anak juga punya banyak energi dan asyik dengan dunianya sendiri. Mereka aktif dan tidak selalu bersedia mendengarkan instruksi. Mengaturnya dengan paksaan malah akan membuat kita stress. 


Bayi no 2, usia 7 bulan



Sudah fierce banget nggak tuh? 😁



Ada juga foto jepretan saya yang dijadikan cover buku antologi yang saya tulis bersama  teman-teman. Tentu bukan karena paksaan foto tersebut dijadikan cover. Tapi memang kesepakatan bersama karena foto tersebut dianggap teman-teman mewakili judul dan isi antologinya.



launching buku antologi Guru Kecil



Bayi no 1, yang asyik cabutin rumput dan saya jepret diam-diam



dijadikan cover buku yang desain Pak Suami 😀


Dan ternyata kegemaran saya memotret anak-anak menarik perhatian teman-teman yang juga ingin mengabadikan anak-anaknya. jadilah saya dan suami sering diminta mengabadikan foto anak-anak teman kami. 

Meski saat ini memang belum benar-benar kami seriusi. Saya dan suami masih ingin belajar lebih mendalam lagi untuk newborn photography ini. Sayang keburu pandemi padahal ada beberapa kelas newborn photography yang sekiranya mau diikuti tapi batal dilaksanakan. 

Sebenarnya ada yang menyelenggarakan kelas online tapi saya masih berpendapat kalau mengikuti kelas online berbayar dengan harga lumayan tidak worth it karena kalau mau rajin di Youtube banyak yang membagikan tutorial newborn photography secara gratis. Bedanya mungkin disertifikat, kalau yang berbayar selain mendapat ilmu juga mendapat sertifikat. 

Saya prefer mengikuti kelas offline terutama untuk mempelajari teknik posing dan teknik wrapping karena menurut saya itu hal penting apalagi erat kaitannya dengan keselamatan dan kenyamanan bayi. 

Akhirnya pada 2019 saat bayi no 3 lahir saya dan suami mencoba lebih terencana untuk memotret bayi kami. Meski tidak terencana banget sebenarnya karena cuma beli baby wrapp doang biar ala-ala 😂 dan jadilah foto bayi di bawah ini



Mungkin sudah rezekinya si bayi no 3, setelah saya posting di akun sosmed banyak teman yang meminta jasa kami untuk mengabadikan foto-foto bayi mereka. Jujur sih senang tapi cemas juga takut hasilnya tidak memuaskan. 

Ini dia beberapa foto bayi hasil kolaborasi saya dan pak suami 😁





Behind the scene






Saya sendiri masih belum puas dengan hasil foto-fotonya. Meski teman-teman merasa senang dan tidak komplain. Saya masih harus banyak belajar dan melatih keterampilan terutama jika ingin mendaku diri sebagai newborn photographer. 

Berharap sangat segera dibuka kelas-kelas offline untuk newborn photography agar saya dan suami bisa lebih banyak lagi mendapatkan ilmu-ilmu baru. 

Menjadi ibu sekaligus tukang foto ya kenapa tidak toh? 

Biar bertambah juga nanti keterangan di bio saya menjadi Mother | Teacher | Blogger | Writter | Photographer (masih dikejar 😂). 

Selain itu tentu saja untuk menambah pundi-pundi, karena dimana ada kemauan di situ ada cuan 🤣