Percaya tidak percaya, akhir dan awal tahun banyak diyakini
masyarakat kita sebagai momentum di mana banyak sekali bencana terjadi. Di
beberapa kanal youtube sejak pertengahan tahun 2021 sudah
banyak yang membicarakan tentang hal ini. Sebut saja salah satunya adalah Tigor
Otadan, seorang youtuber indigo asal Kediri meramalkan tentang
bencana yang akan terjadi di akhir tahun 2021. Bahkan secara spesifik Tigor
meramalkan bencana yang akan terjadi adalah banjir dan angin kencang. Hal
senada juga diamini oleh ahli spiritual Gus Robin dan magician Denni
Darko.
Terlepas dari ramalan-ramalan tersebut, tentu saja kewaspadaan dan
kesiagaan harus selalu mengiringi kita kapan pun. Karena sejatinya hampir tidak
ada tempat di bumi ini yang betul-betul aman dari bencana alam. Jikapun ada
suatu tempat yang diklaim paling aman dari bencana alam, saya pikir hal
tersebut hanya masalah waktu. Bencana adalah keniscayaan. Pasti terjadi
karena bencana memiliki periode ulang atau ada siklusnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara dengan
wilayah yang potensial rawan bencana alam, terutama bencana tektonik geologi
seperti gempa bumi dan erupsi gunung, juga bencana hidrometeorologi seperti
banjir, tanah longsor dan kekeringan. Dengan demikian mau tidak mau kita harus belajar
bersahabat dengan bencana. Sehingga yang harus kita tingkatkan adalah bagaimana
cara kita untuk membiasakan diri dengan kehadiran bencana. Salah satunya dengan
upaya mitigasi bencana.
Kalau tidak salah ingat Alm. Sutopo Purwo Nugroho (Kepala Pusat Data,
informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB) pernah menyampaikan bahwa di balik
berkah keindahan alam Indonesia juga dapat menyimpan musibah jika tidak
dikelola dengan baik. Risiko bencana dapat dikurangi sehingga dampak dari
bencana dapat diminimumkan dengan upaya mitigasi.
Lalu apa itu mitigasi bencana?
Menurut Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi
diartikan sebagai serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana, baik lewat pembangunan fisik ataupun penyadaran serta peningkatan
kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana.
Dalam Bahasa Inggris, mitigasi bencana
disebut disaster mitigation. Bisa dikatakan, tindakan mitigasi
bencana dilakukan sebelum bencana yang diprediksi akan terjadi. Untuk tindakan
mitigasi dan prosedurnya disesuaikan dengan kebijakan pemerintah di setiap
negara.
Kenapa mitigasi bencana diperlukan?
Tentu saja untuk mengurangi risiko atau dampak yang ditimbulkan
oleh bencana khususnya bagi penduduk. Seperti korban jiwa, kerugian ekonomi, dan
kerusakan sumber daya alam. Juga merupakan pedoman penting dalam perencanaan
pembangunan. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
menghadapai dan mnegurangi risiko akibat bencana alam.
Pentingnya pendidikan mitigasi sejak dini
Dengan
kondisi Indonesia seperti yang telah disebutkan di atas, maka sudah sebaiknya
pemerintah melalui jalur pendidikan memperbanyak sosialisasi tentang mitigasi
bencana. Sekolah harus mampu memberikan kecakapan dan keterampilan untuk kelangsungan hidup bagi siswa ketika sudah terjun di masyarakat.
Mitigasi
bencana merupakan salah satu cara keterampilan untuk kelangsungan hidup siswa.
Selain itu siswa merupakan sarana estafet ilmu yang didapat dari
sekolah untuk keluarga dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan sejak
dini untuk memahami mitigasi bencana merupakan langkah awal dalam membangun
masyarakat sadar bencana. Sehingga ketika terjadi bencana siswa, guru, dan
masyarakat sudah siaga dan tidak panik, karena telah memahami bagaimana cara
mengurangi risiko bencana.
Sekali lagi alam tidak wajib memberitahu kapan
ia akan membawa bencana, tapi kecerdasan manusia yang harusnya memahami dan
mampu melakukan mitigasi. Saya salut dengan Orang Jepang, yang selalu sigap dan tidak kaget ketika
menghadapi bencana yang sering menerpa mereka. Betapa mereka terus
mengupayakan mitigasi bencana melalui riset teknologi untuk diaplikasikan
sebagai early warning system.
Sementara itu di sebuah negara sebut saja Wakanda, ketika ada
bencana sebagian masyarakatnya kaget, sementara sebagian lainnya melihat
sebagai peluang korupsi. Ngeriii!
Tapi saya percaya, bencana yang seringkali menimbulkan korban jiwa dan harta benda juga berperan ganda bagi kelestarian lingkungan manusia. Bencana mungkin selalu menyisakan kisah pilu namun bencana pula yang mengasah empati dan menyatukan kita dalam kemanusiaan.
31 Komentar
keren mak Pipit bahasannya, baru tahu itu ada kata Mitigasi. Jadi punya ide untuk mengajarkannya untuk anak usia dini
BalasHapusSip, langsung eksekusi, Bu Nung 👍😁
HapusSaya kira tidak hanya peluang korupsi, tetapi juga cuan. Terutama mereka yang memanfaatkan bencana dan penanganan bencana menjadi konten yang meraup keuntungan. Huh!
BalasHapusBegitulah orang-orang 'sakit' karena cuan
HapusParagraf terakhir saya sepakat.
BalasHapusSelalu ada kebahagian setelah kesulitan.
Semoga para korban bencana diberikan kesabaran dan keikhlasan.
Terimakasih juga tentang Mitigasinya
Aamiin...
HapusSama-sama, Pak Indra
Negara kita ini merupakan kepulauan dengan potensi bencana alam paling tinggi khususnya bencana alam letusan gunung berapi, tsunami, dan gempa bumi, karena terletak pada pertemuan tiga lempeng/kerak bumi aktif. Ketiga lempeng aktif tersebut adalah lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Eurasia di bagian utara dan lempeng Pasifik di bagian Timur. Lempeng itu bergerak dan saling bertumbukan sehingga lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia.
BalasHapusDengan demikian kita sangat perlu pendidikan mitigasi.
Dan, selalu ada kesempatan dalam kesempitan (dlm kesusahan) ada oknum2 yg bermain di sana utk kepentingan diri.
Terimakasih mba Pipit, ulasan yg menarik❤
Betul, Mbak...
Hapuskurikulum pendidikan kebencanaan sejak dini benar-benar urgent. Karena mostly banyak yang belum memahami mitigasi bencana.
Orang-orang 'sakit', bencana di depan mata buat mereka yang penting cuan nyata
Semoga kita dijauhkan dari keburukan semacam itu
Sudah sering kali masalah mitigasi di ajarkan kepada para siswa, namun baru sebatas teori jadi belum begitu paham. Yang paling buat saya sedih dan kesel, kenapa ya setiap ada bencana pasti ada saja praktek korupsi, dasar manusia nggak punya hati. Kesel banget.
BalasHapusKeren artikelnya,,,mantap mak pipit
Terimakasih, Bun.
HapusDi sekolah-sekolah memang ada yang sudah melakukan insersi pendidikan kebencanaan.
Sekolah juga dapat bekerjasama dengan badan-badan terkait mengenai pendidikan kebencanaan ini. Di sekolah kami selain teori, juga dilakukan simulasi.
Begitulah, dalamnya hati tidak bisa diselami ya, Bun.
Mereka punya hati, tapi mati.
semoga kita bisa belajar dari bencana yg terjadi di negeri ini. Salam solidaritas!
BalasHapusAamiin,
HapusTerimakasih, Om Jay. Salam solidaritas!
Selalu ada ilmu baru.. Mantap sobat
BalasHapusSama-sama, Sob 😁
HapusYess! Tulisannya kereeen.
BalasHapusBetul early warning system harus lebih digalakan dg serius seperti di Jepang..
Iya, Ambu
Hapussemoga dengan demikian bisa meminimalisir korban
Setuju, paling tidak mitigasi dapat mengurangi jumlah korban.
BalasHapusBetul, Ibu Yati
HapusMitigasi bencana memang wajib dilakukan di Indonesia karena memang rawan bencana.
BalasHapusDengan adanya mitigasi maka dapat mengurangi korban bencana alam karena masyarakat tahu bagaimana kalo ada bencana, misalnya gunung meletus, begitu sudah batuk-batuk maka segera menyingkir. Kalo menunggu meletus dulu mah bahaya.
iya, mas
Hapuscontoh di tempat kita, Banten yang potensial tsunami dan erupsi krakatau saja masih kurang ya sosialisasi terkait mitigasi bencana.
Betul mbak, kalo daerah Lebak bagian selatan agak rawan tsunami jadi harusnya Pemda bikin simulasi bencana tsunami ya, tapi kalo daerah Cikande Serang kadang seringnya gempa kecil seperti kemarin
Hapuslah kok barengan mbak aku juga baru nulis tentang ini
BalasHapusserius ada yang banyak yang harus dibenahi soal mitigasi bencana
terutama bencana gunung api
yang paling harus segera adalah menata ulang Kawasan Rawan Bencana terutama yang KRB 3 biar engga deket banget sama aliran lava
Mungkinkah kita sehati, Mas?
Hapushahaha...
Bener, Mas
KRB 3 baiknya tidak dijadikan hunian tapi dijadikan kawasan hijau saja. Soal perencanaan dan penataan ruang terbuka hijau masih ancur-ancuran juga, duh :(
Wakanda yang mana ya Bu. Hehe .. entahlah bangsa itu. Heran sebegitu rakusnya. Eh, oknum ding
BalasHapusOknum, hehehe
HapusBener banget tuh Mbak, emang harus ada persiapan dini dalam menghadapi bencana.
BalasHapusApalagi negara kita emang rentan bencana.
Iya, mas. Minimal mulai dari diri sendiri dulu dan keluarga terdekat
Hapusmenyatukan dalam misi kemanusiaan, setujuu
BalasHapusaku inget sama almarhum pak sutopo, dulu tiap ada bencana,beliau selalu dicari wartawan dan gercep menangani bencana
Kemaren ngajarin tentang ini nih ke mahasiswa ku. Kebetulan ngajar topik Manajemen bencana hihihi
BalasHapusBelum pernah ikut pelatihan mitigasi bencana. Sebenernya penting banget sih, karena merasa kurang urgent huhuhu jadi ga berusaha nyari-nyari juga.
BalasHapusBetul mb, sempat ada istilah bencana membawa nikmat. Ketika ada bencana maka akan ada proyek yang tentu membawa keuntungan pada oknum2 tertentu
BalasHapus