Setiap ketemu momen libur panjang seperti libur sekolah dan libur lebaran saya dan suami tentu saja tidak melewatkannya. Biasanya kami akan menghabiskan waktu untuk mudik ke rumah suami di Situbondo. Bagi saya mudik ke rumah mertua sama dengan jalan-jalan panjang, karena  seperti tak ada habisnya destinasi wisata yang bisa dijelajahi. Saya yang menyukai destinasi wisata bertema alam merasa amat diuntungkan tiap kali mudik karena banyak tempat dan pemandangan ciamik yang bisa saya kunjungi dan nikmati. Salah satu yang terdekat dengan lokasi rumah mertua adalah Taman Nasional Gunung Baluran.

Taman Nasional Gunung Baluran merupakan salah satu dari sekian banyak taman nasional yang dimiliki Indonesia. TNG Baluran dianggap memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki panorama alam seperti Afrika bahkan sering disebut sebagai Africa van Java.  Letaknya berada di perbatasan Situbondo dan Banyuwangi, namun secara administratif termasuk wilayah kabupaten Situbondo. Tepatnya di  Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Siapa saja yang berkendara menuju Pelabuhan Ketapang melalui jalur pantura pasti akan melewati taman nasional ini.

Pertama kali ke taman nasional Baluran ini tahun 2012, saat itu kondisi jalan menuju lokasi cukup memprihatinkan. Sayang foto-fotonya tidak sempat saya selamatkan. Terakhir tahun 2019 lalu saya ke Baluran jalannya sudah jauh lebih baik. Bahkan aspalnya masih hitam sekali 😀. Begini kira-kira penampakannya:



Hutan Evergreen yang selalu hijau meski kemarau


Baluran ditetapkan menjadi taman nasional oleh pemerintah sejak 6 Maret 1980. Bertujuan untuk melindungi dan melestarikan tumbuhan dan hewan yang ada di dalamnya. Diantaranya adalah tumbuhan langka seperti Widoro Bukol. Tempat tumbuh Pohon widoro bukol juga menjadi spot favorit untuk berfoto disini. Di musim liburan untuk bisa berfoto di pohon bukol harus antri, ibaratnya belum ke Baluran kalau belum foto di pohon ini. Meski saya sendiri tidak memiliki foto narsis di pohon bukol. Bawa bocah males banget antrinya ya bun, keburu kejer anak eike 😂.

Sedangkan untuk jenis satwa yang yang dilindungi sekaligus menjadi icon Baluran adalah banteng. Meski bukan hanya banteng yang ada di sini. Waktu ke sana saya pernah berpapasan dengan rusa, merak, kera dan lutung. Pak Suami malah pernah berpapasan dengan macan tutul untung nggak dicakar 😂.



Sekawanan Rusa menikmati senja, anak senja juga nih Rusa 😀


Sebelum memasuki kawasan TN. Baluran tentunya kita harus membayar tiket di pintu masuk. Terakhir kesana tiketnya masih Rp.5000/orang dan untuk mobil Rp.25.000. Di batangan atau pintu masuk terdapat gua peninggalan Jepang. Anda yang tertarik sejarah wajib mengunjungi tempat ini. Kalau saya sih cuma lihat-lihat di luarnya saja.  Konon gua ini memiliki luas sekitar 12 meter. Dulunya digunakan sebagai tempat bertahan dan menyimpan amunisi. Selain itu jika anda berkunjung pada bulan Oktober atau November dan beruntung anda bisa menyaksikan Merak. Menurut pengelola Merak bisa mudah ditemui saat musim kawin di bulan-bulan tersebut. Di Batangan juga kita bisa mendirikan tenda jika berminat untuk bermalam dan ingin merasakan sensasi menginap di alam terbuka, tetapi tentunya harus seizin pengelola. 

Setelah melewati Batangan, sekira 5km kita akan bertemu dengan hutan musim yang lebat. Hutan yang akan meranggas dan kecoklatan jika kemarau tiba. Bahkan sering terjadi kebakaran hutan ketika kemarau di area hutan musim ini. 


Foto di area hutan musim, mohon maaf yang difoto nggak nyantai 😆


Berikutnya di Km. 6 sampai 9 kita akan bertemu dengan hutan evergreen. Hutan ini akan selalu hijau sepanjang tahun tidak mengenal musim. Konon karena hutan ini berada di wilayah cekungan dimana terdapat sungai di bawah tanahnya. Melewati evergreen seperti sedang berada di sebuah terowongan hijau. Pepohonan dengan daun yang rapat dan lebat menaungi jalan. Dulu pas tahun 2012 ke sini jujur saya degdegan takut pas keluar terowongan masuk ke dunia lain, soalnya  selain sekeliling terasa gelap dulu jalannya rusak berat yang membuat saya kepikiran macam-macam 😂. Kondisi jalan 2019 bisa dilihat di foto pertama.

Setelah melewati Evergreen akhirnya kita memasuki savana yang sering digadang-gadang mirip dengan panorama di Afrika. Makanya banyak yang bilang kalau TN. Baluran adalah Africa van Java. Savana seluas 300 hektar ini merupakan padang savana terluas di Pulau Jawa. Semakin terasa Afrikanya jika kita datang ke savana ini di musim kemarau. Di Savana ini pula pohon Bekol/ Bukol yang menjadi incaran pemburu foto berada. Selain itu kita juga bisa bertemu dengan banyak binatang liar. Kawanan rusa, banteng, merak, kera dan binatang liar lainnya bisa kita lihat. Tetapi tentu saja ada batasan wilayah yang tidak boleh di masuki oleh pengunjung. 



Gunung Baluran saya foto dari menara pandang (tahun 2012)



Salah satu spot favorit pengunjung di savana adalah di tengkorak kepala banteng 


Gunung Baluran masih di savana bekol model diperankan ponakan yang nggak mau kelihatan mukanya 😂


foto ini saya ambil dibawah pohon mimbo selain berteduh juga bersembunyi dari godaan kera yang terkutuk mencoba mengambil tas makanan anak-anak 😂


Puas menikmati savana bekol saatnya kita kita ke Pantai. Emang ada? ya ada lah 😁. Jadi sekitar 3 km dari savana ada pantai dengan pasir putih dengan airnya yang biru. Pantai ini menghadap ke arah Timur. Konon sunrise terbaik di pantai yang ada di pulau jawa bisa kita dapatkan di pantai bama ini. Di pantai bama pula kita bisa menemukan fasilitas yang lebih lengkap, ada penginapan, mushola, kamar mandi umum dan juga kantin. Tapi harap berhati-hati dengan kera penghuni pantai bama, sungguh mereka piawai sekali mengambil barang-barang kita dan galaknya melebihi mamak-mamak yang kehilangan tupperware. Iya, dua kontainer tupperware berisi cokies milik saya di bawa kabur sama monyet-monyet itu. Di kejar malah balik ngejar, bikin jiper cuy 😂. Akhirnya direlakan saja cookies beserta tupperwarenya. Ini foto-foto sebelum tragedi tupperware dibawa kabur si Tenyom 😁


Ok, masih bisa tersenyum ya bun


detik-detik sebelum tupperware dibawa kabur, perutnya gundud lagi hamidun ya. Sebelum ada yang nanya 😂


Selain itu kita juga bisa bersnorkelling di sini. Saya sendiri pernah sekali snorkelling di sini selanjutnya kapok karena telapak kaki kecucuk karang dan gatal-gatal kena dedaunan yang saya pikir rumput laut. Jadi di dalam lautnya ada vegetasi tanaman berupa daun panjang yang disebut padang lamun, semacam padang rumput tapi adanya di dalam laut. Kalau berani terus sampai ke lebih ke tengah lagi kita bisa melihat terumbu karang yang indah dan anemon laut. 

Pantai bama juga dikelilingi oleh hutan mangrove. Berada di kawasan hutan mangrove ini saya seperti berada di dunia lain, pohon dan akar mangrove yang besar membuat saya merasa seperti liliput. Jenis pohon mangrove yang berada di sini adalah Rhizopora sp. 


The Krucils


Bapack, mana Bapack? tugasnya dibelakang kamera saja 😁


Di hutan mangrove ini juga ada mangrove trail semacam jembatan yang dibuat agar kita tidak bisa melewati akar-akar mangrove tanpa perlu berbasah-basahan dan terantuk akar-akar yang besar tersebut. Di akhir mangrove trail ada gazebo untuk kita beristirahat sejenak dan menikmati laut selat Bali. Tetapi kita tidak bisa berlama-lama di gazebo ini apalagi kalau musim liburan, antriannya mengular dan sesak.

Duh gara-gara nulis ini jadi kangen pengen cepet mudik. Meski tiap mudik ke Baluran tapi rasanya tidak pernah bosan. Dengan segala keragaman dan keindahan panoramanya buat saya taman nasional Baluran merupakan salah satu destinasi wisata alam terbaik di Indonesia. Sudah pasti kalau mudik nanti bakal ke baluran lagi. 

Teman-teman ada yang tertarik atau sudah pernah berkunjung ke taman nasional Baluran juga?