Privilege berasal dari bahasa inggris yang artinya Hak
Istimewa. Hak istimewa adalah hal yang didapat berbeda dan dikhususkan untuk
mereka yang memiliki keistimewaan. Diantara keistimewaan yang alami adalah
kecantikan/ketampanan.
Beauty Pivilege adalah sebuah istilah untuk menggambarkan
sebuah hak istimewa atau bisa juga keberuntungan seseorang yang didapat karena
penampilan kecantikan/ketampanannya sejak lahir hingga dewasa sehingga akan
berpengaruh terhadap pandangan orang lain kepada mereka.
Meski saat ini kita sudah berada di zaman yang
jauh lebih modern, tetapi sayangnya pemikiran usang masih banyak berkembang di
masyarakat. Seperti masih saja banyak manusia yang menilai seseorang
berdasarkan fisiknya tanpa melihat kepribadiannya. Padahal sejatinya memang
kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan dengan lay out wajah
seperti apa, that's natural gift. Tetapi masih banyak manusia
yang memilih memisah-misahkan manusia hanya dari penampilan wajahnya dan
contoh Beauty Privilege bisa kita temukan dimana-mana, bisa
dilingkungan rumah, sekolah, bahkan di lingkungan kerja.
Lalu kenapa fenomena ini terjadi, mengutip dari jurnal Harvard yang berjudul “Why Beauty
Matters”,
“if someone is easy on eyes, the enjoyment we derive from looking at them colours our perceptions of other attributes,”
yang dapat diartikan ketika seseorang sedap dipandang, persepsi kita terhadap orang
tersebut akan berubah menjadi lebih baik, dari segala aspeknya, serta dipandang
lebih pintar, sehat, dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang lebih hanya karena
mereka terlihat lebih menarik.
Meski daya tarik fisik memang bukan segalanya, tetapi
orang-orang yang memiliki rupa yang menawan bisa mendapat perlakuan yang
berbeda. Fenomena itu benar adanya, bahkan mungkin sering terjadi di
sekitar kita, perhatikan saja. Meski memang adanya perlakuan yang berbeda itu
kembali terhadap subjektivitas atas individu masing-masing.
Untuk orang yang memiliki Beauty
Privilege, mungkin bisa senang atau pun sebaliknya. Mereka mungkin
senang karena tidak mengalami diskriminasi dari paras yang kurang
menarik. Di sisi lain mereka dibayang-bayangi ekspektasi
tinggi dari lingkungan sekitarnya, yang mengasumsikan paras menarik dengan
semua hal baik, menuntut mereka untuk selalu bercitra baik.
Contoh paling dekat adalah peristiwa yang
menjadi trending topic kemarin, semua berawal dari
unggahan akun tiktok @jellyjels_ yang menceritakan secara tak sengaja bertemu
dengan seorang pria di sebuah minimarket. Dalam video tersebut terlihat seorang
pria mengenakan kemeja, celana pendek, sandal jepit, dan masker hitam yang
sedang berbelanja. Keluar dari minimarket pria tersebut terlihat memunguti
sampah yang tidak jauh berada dihadapannya dan memasukannya ke sebuah kantong.
Setelahnya, pria tersebut tampak melepas masker bermaksud meminum air mineral
yang dibawanya. Tampak dengan jelas pria tersebut adalah Hamish Daud, seorang
arsitek, presenter dan actor yang juga merupakan suami solois kesayangan
netizen warga +62, Raisa.
Video yang kemudian diunggah ke Tweetland tersebut
mendapat sampai tiga ribu lebih cuitan warganet dan menjadi trending
topic. Yang menarik adalah menyimak cuitan warga Tweetland, berikut
ini:
Karena lagi-lagi fokus cuitan mengarah pada paras rupawan yang dimiliki
Hamish Daud. Diantaranya seperti ini:
Dari cuitan tersebut
kita tidak bisa menyangkal fakta bahwa orang-orang dengan paras rupawan memang
akan mendapatkan perlakukan berbeda. Beauty privilege is real. Coba
dipikir-pikir dan dibayangkan seperti apa yang menjadi cuitan netizen, kalau
yang memungut sampahnya hanya laki-laki biasa dan berparas biasa apakah akan
seviral itu?
Yang menarik lagi justru
cuitan dari Raisa, yang fokus pada apa yang dilakukan suaminya daripada
mengamini cuitan tentang kerupawanan suaminya.
Terlepas dari beauty
privilege yang dimiliki Hamish Daud, saya sepakat dengan Raisa bahwa
perkara sampah adalah tanggung jawab dan kepedulian kita bersama. Dan untuk
Hamish saya berterimakasih, dengan kepopuleran dan beauty
privilege yang dia miliki semoga hal yang dilakukannya berpengaruh
sehingga mendorong orang-orang untuk melakukan hal yang sama.
Yakinlah Tuhan menciptakan kita dengan sebaik-baiknya penciptaan. Meski beauty privilege tampak menggiurkan, namun pada akhirnya akan memudar. Beda halnya dengan personality dan inner beauty yang timeless dan akan semakin shining, shimerring, splendid, ketika kita terus menggali potensi yang kita miliki.
"Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya" - HAMKA
13 Komentar
Enak bacanya bu....
BalasHapusTerimakasih, Bu Nunung
HapusBenar sekali bu
BalasHapusKecantikan rupa akan memudar, paling lama sampai usia 70 an (itupun belum tentu), kecantikan adab lebih utama👍
Mantap, Bunda :)
HapusNah itu dia, memandang dari sisi fisik saja. Sepertinya yang ganteng dan cantik menurut ukuran kebanyakan orang itu yang berkelas.
BalasHapusrepotnya lagi standar cantik dan ganteng ini berbeda-beda ya Pak D
HapusMantap,saya setuju dengan kalinat terakhir,namun kenyataannya yang ditulis di atas memang benar terjadi.
BalasHapusBenar bunda, realitanya masih banyak yang menilai sesorang dari fisiknya saja
Hapusbener banget sih, orang yang mempunyai fisik lebih baik akan di perlakukan berbeda, gw juga sering mengalami hal itu, bukan soal wajah ganteng tapi badan gw yang over kurus seperti pecandu narkoba :D, di sangka fw selalu nelakukan ini itu :D
BalasHapusSabar ya Bro, I feel you. Ha ha ha...
HapusKegiatannya bagus tapi lebih menariknya karena parasnya yang ciamik ya...kalau kita kita orang yang berlaku begitu gak ada hebohnya tuh
BalasHapusNah itu dia masalahnya, hi hi hi...
HapusDan entah sampai kapan
good looking juga oke
BalasHapus