Sudah bukan rahasia bahwa menjadi seorang wanita
yang kemudian menjalani peran sebagai seorang ibu bukanlah hal yang mudah.
Banyak sekali tuntuan-tuntutan pada seorang wanita ketika telah menjadi ibu.
Dari mulai sejak pernikahan, kehamilan, proses
persalinan, proses menyusui, tumbuh kembang anak, gaya parenting,
pekerjaan dan segudang hal lainnya yang kerap menjadi dilema bagi para ibu.
Kenapa menjadi diilema?, karena pilihan kita
menjadi bahan komentar bahkan kritik pedas dari ibu lainnya. Yang tak jarang,
komentar yang disampaikan terutama melalui media sosial akhirnya ini
memunculkan war saling menjatuhkan antar ibu yang tak ada
ujungnya. Hingga akhirnya, banyak ibu yang kemudian menyalahkan dirinya sendiri
karena merasa telah menjadi ibu yang tidak sempurna.
Dari beberapa sosial
media yang saya ikuti, agaknya difacebooklah yang paling sering jadi
ajang baku hantam antar ibu-ibu. Sering sekali hanya karena perbedaan pendapat,
perempuan menyakiti perempuan lainnya, Ibu-ibu menyakiti ibu-ibu lainnya. Yang
parah jika sampai saling membawa bala bantuan, perang di kolom komentar akan
semakin menjadi-jadi.Kondisi yang sebenarnya juga tidak jauh berbeda dengan di
dunia nyata. Bahkan di dunia nyata bisa lebih bar-bar lagi. Seram? Sudah barang
tentu!
Sejauh ini hal-hal yang
paling sering memicu peperangan antar ibu adalah seputar:
1. ASI vs SUFOR
2. Vaksin dan Anti Vaksin
3. Melahirkan Normal vs Caesar
4. IRT vs Working Mom
5. Pro Kontra penggunaan gadget pada
anak
6. Gaya hidup
Saya sendiri gara-gara
vaksin pernah digerudug teman difacebook yang antivaks, padahal
saya tidak pernah sama sekali mengusik pilihan dia yang menjadi antivaks.
Karena menurut saya hal demikian adalah pilihan. Mau memvaksin atau tidak mau
memvaksin adalah pilihan dan segala konsekuensinya silakan ditanggung sendiri
atas dasar pilihan tersebut.
Setiap
ibu sama seperti manusia lainnya yang bisa melakukan kesalahan. Setiap ibu juga
memiliki caranya sendiri dalam merawat, membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
Jadi masalahnya bukan soal ibu mana yang paling benar, tapi sejauh mana
tiap-tiap ibu mampu menerima perbedaan. Lagipula menjadi ibu, menjadi orang tua
bukan proses sehari jadi, tetapi proses pembelajaran yang harus terus kita
lakukan.
Saya percaya setiap Ibu
pasti menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Jadi berhentilah untuk
membanding-bandingkan siapa yang terbaik dalam cara merawat anak atau gaya
parenting dan lainnya. Karena cara terbaik yang dilakukan oleh Ibu A
belum tentu menjadi terbaik jika diterapkan oleh Ibu B pada anak-anaknya.
Lagipula mom
war adalah hal yang kontrapoduktif. Daripada waktu kita habis
gara-gara mom war yang tidak jelas arah juntrungannya mau
dibawa kemana. Lebih baik kita gunakan waktu tersebut untuk hal-hal baru yang
bermanfaat. Ke depan tantangan ibu membersamai anak-anak semakin berat, belum
lagi masa pandemi yang entah kapan berakhirnya ini. Sekarang saatnya berubah, saling mendukung dan berkolaborasi untuk masa depan anak-anak yang lebih baik. Ingat bahwa butuh orang sekampung untuk membesarkan anak.
Jadi, sudah 2021, Stop Mom War!, karena ibu yang kuat adalah yang menguatkan ibu lainnya.
6 Komentar
siap laksanakan bu pipit
BalasHapusSama-sama saling menguatkan ya bu ☺
HapusLuar biasa gaya tulisannya memukau, persuasif..
BalasHapusTerimakasih, ambu 😘
HapusIbu nya anak anak harus baca ini.
BalasHapusTerimakasih Bu Pipit
Sama-sama, Pak Indra
Hapus