The New Beginning

Semalam saya bersemangat sekali membuka blog yang sekian lama saya tinggalkan dan membaca ulang tulisan-tulisan lama yang pernah saya posting. Bersyukur pada Allah SWT yang telah memberi saya teman yang baik seperti Bu Aam yang membantu saya memantik semangat untuk kembali menulis dan menjadi jalan bagi saya bertemu dengan orang-orang baik digrup belajar menulis.

Apalagi semalam materi tentang mental penulis yang disampaikan oleh Bu Dita Widya Utami juga menyentil saya. Terutama masalah konsistensi. Buat saya konsistensi ini berat sekali, apalagi saya termasuk moody person. Perpaduan tidak konsisten dan moody-an adalah duet maut yang bisa merugikan diri jika kita tidak bisa mengontrolnya. Meski sebenarnya sampai saat ini saya masih setia dengan salah satu komunitas menulis. Namun adanya saya disana benar-benar setia menjadi penyimak saja yang minim karya.

Ajakan bu Aam untuk kembali menulis dan materi dari Bu Ditta semalam membuat hati saya tergetar kembali untuk menulis. Meski jujur masih takut mengulangi ketidak konsistenan saya. Sampai lewat tengah malam tadi saya masih belum bisa memejamkan mata, saya merasa cupu sekali, selama ini selalu berlindung dibalik kata "riweuh ku anak", baik anak biologis di rumah maupun anak-anak didik di sekolah. Padahal sejatinya saya sedang berlindung dari kemalasan saya sendiri dan menjadikan mereka sebagai tameng. Faghfirli ya rabb... 

Saya mencoba bertanya kedalam diri, " Untuk apa saya kembali menulis? "

Kemudian teringat pada cita-cita saya yang ingin hidup bahagia dan mati masuk surga.  Padahal hidup yang saya jalani masih jauh dari jalan kebermanfaatan, kebaikan, dan kebahagian bagi sesama. 

Jadi untuk apa saya kembali menulis? 

Saya ingin berubah, saya ingin berbagi kebaikan, saya ingin membahagiakan, saya ingin membangkitkan kesadaran dan saya ingin memberikan manfaat. 

Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi