Nikah aja koq repot


Spesial buat Opang yang lagi dilanda asrama eh asmara (lebay mode on)

Mengingat : Obrolan Kita disela-sela kesibukan mentoring dikelas menulis (halaaah…)

Menimbang : Urgenitas apa yang kita obrolkan (sok gaya )
Memutuskan : Giliran gw yang bicara sekarang (maksa.com,)

Minggu (24/4/10), aula BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Lebak jadi saksi curhatnya empat cowok single barengan gw. Tebak tema curhat apa yang kita bahas?


“MENIKAH”


Yupz, tepat sekali. Aih… aih… ternyata cowok-cowok kalau dah rumpi heboh juga ya bo!


Inti dari curhatannya sih masiiiih “pengen merit tapi lum siap”, dengan berbagai alasan masing-masing.


Acara curhat pun berlanjut sampai ke rumah salah satu sohib kita yang kebetulan lagi sakit. Konon sakitnya gara-gara pengen merit tapi kagak ada duit.
Ouw, kejamnya dunia.  Sungguh t e r l a l u w h!!!

Setelah ngobrol ngalor-ngidul, akhirnya ditemukanlah salah satu alasan yang paling memberatkan yaitu mengenai sekufu. Siapa, bagaimana and kayak gimana sih makhluk yang namanya sekufu ini? Hohoho… *jujur, gw juga gak tau percis ya
guys* ini cuma pandangan gw yang sotoy aja (wuiidiiiw, pandangan bo!…). Loe pada, kudu ngerasa gak puas and nyari jawaban ma orang yang lebih kompeten dibanding gw (halaaaaaaah…)

Guys
,
Salahsatu keniscayaan hidup yang gak bisa kita hindari adalah keniscayaan untuk memilih pendamping hidup alias memilih calon istri ataupun suami. Berkaitan dengan masalah pilih-memilih ini, ternyata banyak cowok yang minder ataupun sebaliknya gak sedikit cewek yang gak pede gara-gara gebetannya too high to be reached atau ngerasa gak sekufu gitu dweh.

Mengenai
sekufu, Islam memang sudah mengatur sedemikian rupa. Hal ini dipandang penting karena memilih pasangan hidup merupakan salahsatu penentu keberhasilan perjalanan seorang hamba didunia dan akhirat. (wuiiih… makanya jangan sembarangan pilih. Buat nikah koq coba-coba!)

Tapi bukan berarti masalah sekufu ini untuk mempersulit kita dalam menentukan pilihan,
nope!
Justru aturan sekufu ini adalah bukti lain kasih sayang Allah kepada kita. Karena ukuran kufu bukan dilihat dari ukuran-ukuran syahwati yang hanya akan menyebabkan mata hati menjadi buta terhadap kebaikan dan keburukan orang yang dicinta. (cieelaah, bahasanya)

bukan dilihat dari ukuran-ukuran  berikut ini:


Bukan terletak pada kekayaan,

“Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkan kecuali kefakiran”

HR. Ibnu Hibban

Bukan terletak pada Kecantikkannya

“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, sebab kecantikan itu akan lenyap dan janganlah kamu menikahi mereka karena hartanya, sebab harta itu akan membuat dia sombong. Akan tetapi, nikahilah mereka karena agamanya sebab seorang budak wanita yang hitam dan beragama itu lebih baik”

HR. Ibnu Majah

Bukan terletak pada keturunan,

“Barangsiapa yang menikahi wanita karena keturunannya Allah tidak akan menambahkan kecuali kerendahan.

HR. Ibnu Hibban

Lalu liat dari apanya donk? (gitu kan pertanyaanmu)

Islam memandang kufu itu lebih kepada sikap hidup yang lurus (baca: akhlak) dan agama (baca: ketakwaannya).

“Dinikahi wanita atas dasar empat perkara, karena hartanya, kecantikannya, keturunannya, dan agamanya. Barangsiapa yang memilih agamanya maka beruntunglah ia”.

HR. Bukhari-Muslim

Memilih agamanya, pegimane caranye ye?...

Yang pasti bukan Cuma liat dari ilmu, retorika, segala macam bentuk hafalan (Qur’an and hadits) nya saja. Soalnye ni (maaf-maaf yah) banyak juga yang bagus bacaan Qur’annya, banyak hafalan haditsnya, rajin puasa and Qiyamu lailnya tapi sikap and kelakuannya bertentangan banget sama akhlak Islam. Padahal nih sikap, perbuatan dan ucapan merupakan cerminan hati seseorang yang telah melekat ‘taqwa’ di dalamnya.

Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Hasan bin Ali ketika ada seseorang yang bertanya seperti berikut:

“Aku mempunyai anak gadis, menurutmu kepada siapa aku harus menikahkannya?”
“Nikahkanlah ia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah. Jika lelaki itu mencintainya, maka ia akan menghormatinya dan jika marah maka ia tidak akan mendzhaliminya.


Emang sih pada akhirnya ‘Jodoh di tangan tuhan’.
Sekufu gak sekufu Allah juga yang menentukan. Tentunya dengan ‘maksud’ tertentu buat kita. Kayak misal pernikahannya Nabi Nuh dan istrinya atau Fir’aun dengan Asiyah (jelas-jelas gak sekufu kan?), nah pada pernikahan seperti itu jelas merupakan ujian bagi hambaNya.

Yang pasti kita diperintah untuk selalu berikhtiar (teuteup…) dan terus memperbaiki diri. Karena janji Allah adalah benar wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Yah, walaupun seandainya sampe tuh kita ngalamin kejadian kayak Nabi Nuh dan istrinya atau Fir’aun dan Asiyah, ingat itu adalah ujian yang pastinya Allah juga akan menguji kita sesuai dengan kemampuan kita.


Guys,

Terakhir gw cuma mo bilang ikhtiar apapun yang kita lakukan jangan lupa kita sampein kepada siapa sejatinya Pemilik Cinta, karena hanya Dia yang tidak pernah mengecewakan.

Tatkala Menikah
Tatkala seorang hamba menikah
Itu merupakan madrasah untuk saling menyempurnakan separuh agamanya

Tatkala seoarang hamba menikah
Itu merupakan sarana tarbiyah untuk saling menguatkan kapasitas iman
Memberikan kemanfaatan pada diri, keluarga dan masyarakat
Untuk saling mengasihi dan menyayangi

Tatkala seorang hamba menikah
Itu merupakan bingkai cinta kebahagiaan dua insan yang di pertemukanNya
Dengan hiasan sakinah, mawaddah wa rahmah
dengan kegembiraan kehadiran Penerus yang shalih dan shalihah,
penawar hati dan penegak kalimatMu




Offline note:

buat

Opang,
Mpik
Lilo,
Wawan

Mo nikah aja koq repot. Nunggu apalagi?
Buruan pada nikah sih, pengen cepet punya ponakan nih.
(ngemeng-ngemeng, gw juga lum merit yak? Wkwkwkw...)

Posting Komentar

0 Komentar