Sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara dan memiliki dua kakak perempuan yang usianya terpaut jauh membuat saya terbebas dari urusan perdapuran. Semenjak kecil Mama tidak pernah mengajak saya berkenalan dengan isi dapur. Terkadang seperti anak kecil lainnya yang penasaran dan penuh rasa ingin tahu, saya sering mengekor Mama dan kedua kakak saya ke dapur tapi seringnya malah dihardik katanya kerja saya nanti hanya mengganggu. Padahal saya ingin tahu rahasia apa yang berada di dapur. Sejak itu pula rasa-rasanya saya tidak pernah tertarik lagi pada dapur.

Sampai akhirnya tiba dimana saya bertemu jodoh dan saya yang kemudian panik dan merasa bodoh. Bagaimana tidak, Ibu mertua saya seorang juru masak. Sementara saya masak mie saja hampir gosong. Belum apa-apa rasanya saya sudah gagal menjadi menantu. 

Di suatu kesempatan jauh sebelum menikah, Ibu mertua pernah menelpon. Kami berbincang banyak hal termasuk urusan dapur. Saat itu pula saya katakan bahwa tidak bisa memasak. Sambil tertawa Ibu mertua berkata, "tidak ada orang yang tidak bisa memasak, yang ada hanya orang yang malas memasak. Karena memasak itu keterampilan yang bisa dipelajari". Saya tertohok dan tersenyum canggung.

Sejak itu saya mulai rajin membaca resep masakan. Hanya membaca saja, memasaknya belum. Beruntung Mas Suami sealiran sama Pidi Baiq di bagian,

 "Mengapa istri harus bisa masak? Padahal itu rumah tangga bukan rumah makan."

Kalau ditanya sekarang apa sudah bisa masak? Hmm, lumayanlah kalau kata gombalannya Mas Suami,

"Kamu dan warteg sekarang kayaknya kembaran deh, sama-sama sederhana dan berkualitas"

Gombalan yang jadi penyemangat buat lebih rajin ke dapur, kalau sempat. Sampai saat ini saya masih berpedoman pada "kalau masih ada yang jual kenapa harus masak?", "klo bisa beli kenapa harus repot?". Ya, hitung-hitung menggerakan roda perekonomian masyarakat *alasan* 😂

Tapi untuk nasi goreng kesukaan anak-anak dan plecing kangkung kesukaan Mas Suami, demi apapun saya akan memasaknya sendiri meski tidak sempurna. Semoga rasa cinta dan kasih sayang di dalamnya, membuat saya menjadi tempat kembali paling dirindu.


#KamisMenulis

#FotoBermakna