Pantai Bandulu

Setelah sekian lama di rumah saja akhirnya kemarin jalan tipis-tipis ke Anyer. Salah satu destinasi wisata di Banten yang kesohor dengan pantainya. Daerah pesisir pantai utara Banten memang dianugerahi pantai yang menawan dan memanjakan pandangan. Hal ini konon membuat Belanda pada masa penjajahan mengincar kawasan ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya mercusuar Cikoneng yang berdiri sejak tahun 1885. Anyer juga menjadi penghubung titik nol jalan raya pos yang dibangun pada abad ke 19 oleh Belanda. Saat itu jalan Anyer-Panarukan adalah jalan yang menembus dari ujung barat hingga ke ujung timur Pulau Jawa.

Sayangnya saat ini kunjungan wisatawan tidak seramai di tahun 1990an. Selain karena pandemi sepertinya untuk urusan pengelolaan wisata pemerintah provinsi Banten masih harus banyak belajar lagi. Bukan sekali dua kali wisatawan mengungkapkan pengalaman tidak menyenangkan saat berkunjung ke Banten. 

Meski demikian kawasan Pantai Anyer memang sangat sayang untuk dilewatkan. Di Anyer banyak terdapat pantai indah dengan karakteristiknya masing-masing. Ada pantai berkarang ada juga pantai dengan pasir putih membentang yang seru dijadikan tempat bermain watersports. 

Salah satu pantai di Anyer yang saya kunjungi adalah Pantai Bandulu. Pantai berpasir putih, landai, dengan area yang luas dilengkapi dengan berbagai wahana watersport yang menarik seperti Banana boat, Donat boat, Jetski dan motor ATV.  Kebetulan letak pantainya berdekatan dengan villa tempat saya dan keluarga menginap di The Jayakarta villas.

Selepas subuh anak-anak bergegas ke kolam renang, padahal cuaca mendung bahkan sejak dinihari terdengar suara petir menyambar-nyambar. Tapi seperti kebanyakan anak lainnya air adalah wahana bermain yang menyenangkan bagi mereka. Setelah menitipkan anak-anak ke life guard saya dan suami menyusuri pantai berpasir putih, menikmati waktu berdua saja yang jarang-jarang bisa dilakukan. Saat itulah ada seorang ibu yang menyapa saya dan menawarkan jasanya untuk memijat. Kenapa pas sekali saat badan pegal-pegal ada yang menawarkan jasa pijat, jangan-jangan si Ibu cenayang juga 😀.

Di bale-bale yang disediakan di depan sebuah warung pinggir pantai akhirnya saya di pijat. Saya meminta bagian kepala, leher, pundak dan lengan saja yang di pijat. Tanpa ditanya si Ibu yang ternyata bernama Ibu Heni mulai memecah keheningan diantara kami dengan mengajak saya mengobrol. Ternyata beliau sudah menjalani profesinya sebagai pemijat di kawasan Bandulu ini sejak dua puluh lima tahun lalu. Pekerjaan ini diwariskan secara turun temurun dari keluarganya.  Ibu Heni sesekali mengeluh karena sepinya pengunjung. Sejak tertimpa tsunami dua tahun lalu kemudian adanya pandemi kunjungan wisatawan memang terasa menurun. Ramainya hanya pada saat weekend saja begitu penuturan Ibu Heni.


Ibu Heni, foto sudah seizin beliau


Ibu Heni tidak pernah mematok harga untuk setiap jasanya saat memijat. Kecuali dipanggil ke area villa atau hotel. Biasanya Ibu Heni memasang tarif sekitar Rp. 150.000/ jam itupun berdasarkan kesepakatan dengan pengelola villa atau hotel tersebut. Namun begitu meski penghasilannya tidak banyak saya bisa menangkap bahwa beliau sangat mensyukuri kehidupan yang beliau jalani. 

Ibu Heni memijat saya dengan telaten dan sabar, saya sampai-sampai mengantuk karena mata dibuai angin pantai dan pegal-pegal di pundak terasa rileks saat di pijat Ibu Heni. Kalau tidak malu dengan sekeliling rasanya mau tiduran saja di bale-bale tersebut menikmati pijatan ibu Heni di pinggir pantai Bandulu 😁

Saat saya dipijat itulah tiba-tiba datang tiga orang ibu membawa dagangannya. Ada yang membawa buah pisang, keripik pisang, emping melinjo dan ikan asin. Semua menawarkan dagangannya dan meminta saya melarisi dagangan mereka. Ditawari sedemikian tiba-tiba saya merasa kaya kemudian membeli dagangan yang ditawarkan ibu-ibu itu semua. ha ha ha....

Tapi sebenarnya bukan itu, saya selalu ingat pesan mama kalau ada pedagang yang kebetulan menawarkan dagangannya berusahalah untuk membelinya kecuali tidak ada uang sama sekali tolaklah dengan halus. Jadilah orang yang memberikan kemudahan bagi orang lain. Menjadi jalan orang lain untuk memperoleh penghasilan dan berharga bagi keluarganya.




Meski tidak banyak yang saya beli, saya bersyukur hari ini saya bisa melaksanakan pesan mama. Saya senang sekali mendapat banyak do'a dari ibu-ibu pedagang tadi. Rasanya terharu mendapat banyak do'a baik dari mereka. Akhirnya sebelum pulang hari ini saya membawa tiga sisir pisang, enam ikat ikan asin, seplastik emping melinjo, dan sekotak nastar. Selain tentu saja membawa kenangan manis tentang ibu Heni dan Ibu-ibu pedagang di Pantai Bandulu. Semoga sehat selalu ibu semua, laris manis tanjung kimpul dagangannya.

Bagaimana dengan teman-teman, ada cerita apa hari ini?