Satu Minggu, Satu Buku



Sungguh benar-benar merasa banyak beruntung bergabung di wag belajar menulis PGRI ini, mendapatkan banyak pengetahuan baru, sahabat-sahabat baru, dan tentu membangkitkan semangat baru untuk terus menulis. 

 Jika mengingat apa yang telah dilakukan oleh Om Jay, semua narasumber hebat, moderator, admin wag belajar menulis rasa-rasanya materi apapun tidak bisa membayar apa yang telah mereka lakukan untuk sebuah ikhtiar luar biasa ini. Semoga Allah membalasnya dengan limpahan keberkahan, aamiin.

Malam ini pertemuan ke sebelas saya di wag belajar menulis PGRI, dengan narasumber yang namanya sudah sangat populer. Prof. Richardus Eko Indrajit, seorang akademisi dan pakar teknologi informatika. Sederet tulisannya terpublikasi di Google ScholarPerpustakaan Nasional, Perpustakaan LIPI, Materi Terbuka Kemdikbud, SINTA Indonesia, dan One Search Indonesia. Begitu sedikit tangkapan yang saya baca di laman profil beliau di wikipedia. Jadi sangat tepat jika Om Jay meminta beliau untuk memberikan materi terkait Kiat Menulis Buku Satu Minggu.

Sebuah tautan dikirim Om Jay sebelum materi dimulai, isinya menayangkan video ujian terbuka pascasarjana Prof. Ekoji. Proficiat, Prof. Eko atas gelar Doktornya. 

Sudah bukan rahasia lagi kalau kebiasaan kita yang paling melekat adalah mendengar dan bercakap-cakap. Prof. Ekoji sendiri memulai materi dengan menuturkan kisahnya hari ini tentang obrolannya dengan anak bungsunya terkait pengalaman belajar online, kemudian dilanjukan dengan beliau mengikuti kelas anaknya tersebut, terakhir beliau melihat istri dan anak-anaknya yang tertawa-tawa sambil mengerjakan tugas. Dari aktivititas yang dimulai dengan obrolan tersebut Prof. Ekoji iseng-iseng kemudian menuliskannya dan ternyata sudah jadi sepuluh halaman. Wow!

Jadi bisakah kita melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Prof. Ekoji? Cukup dijawab dalam hati saja. Lalu bayangkan, bagaimana jika kita melakukannya setiap hari?. Tepat, dalam sebulan bisa jadi 300 halaman. Mantap.

Nah, menurut Prof. Ekoji mengubah komunikasi oral ke dalam tulisan adalah salah satu cara jika ingin menulis dan menerbitkan buku dalam satu minggu. Mulailah dari hal-hal yang kita sukai dan kuasai tersebab pengalaman yang kita alami. Tetapi sekali lagi, lakukan dengan cara menuliskannya bukan mengobrolkannya.

Intinya lanjut Prof. Ekoji, sebenarnya sederhana jika kita biasa sholat lima waktu bagi yang muslim dan terbiasa berdo'a bagi yang lain. Maka tambahkan lagi sebuah kebiasaan baru yang sangat baik ini kedalam kehidupan kita. Mulailah menulis minimal satu halaman sehari. Seperti yang menjadi tagline Om Jay, "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi". 

Berkaca dari aktivitas Prof. Ekoji yang bisa menulis 1-3 halaman setiap hari. Bahkan berpuluh-puluh halaman di akhir pekan. Maka sudah tepat jika kita memulainya dengan menulis saat ini juga, apalagi kita sudah memiliki modal berupa blog. 

Hambatan menulis datang dari diri sendiri, hal ini pernah saya ungkapkan juga dibeberapa postingan saya sebelumnya. Hambatan menulis terbesar memang ada dalam diri. Dan lagi-lagi kitalah yang memiliki kontrol untuk mulai merubahnya atau tetap mengikuti arus kemalasan. Apalagi jika alasannya hanyalah waktu, justru di masa pandemi seperti sekarang saat yang tepat untuk memulai karena kebanyakan dari kita work from home.

Menulis juga bisa karena dipicu oleh hal-hal lain, Prof. Ekoji menceritakan apa yang menjadi pemicu beliau menulis, dari anak yang cuek ketika menerima nasihat secara langsung, iseng-iseng membuat istri berbunga-bunga, juga untuk mengungkapkan hal-hal memorable bersama orang tua yang merupakan priceless moment.

Jadi menulis itu bukan semata-mata bertujuan untuk publikasi, bagi Prof. Ekoji menulis adalah untuk meningkatkan imunitas tubuh (supaya tidak mudah terjangkiti covid). Karena dengan menulis beliau dapat membuat orang lain bahagia, tersenyum, gembira, tertawa. Selain itu beliau juga menginginkan kelak keturunannya tetap mengenal beliau karena hal yang tertulis akan terekam abadi. Lalu apakah tujuan menulis kita? 

Menurut Prof. Ekoji, jangankan seminggu, satu hari saja jika kita memutuskan untuk menulis dari pagi sampai malam, pasti bisa menjadi buku. Beliau bahkan sering mendisrupsi dirinya dengan membayangkan hal-hal aneh. 

Prof. Ekoji menambahkan, seandainya saja kita diberitahu malaikat bahwa usia kita tinggal 24 jam lagi, dan dalam waktu itu kita tidak bisa bertemu dengan siapa-siapa kecuali disediakan keyboard, komputer, dan Microsoft Word, apa yang akan kita lakukan? 

Terkadang memang kita harus dipaksa, dipaksa menulis akhirnya "terpaksa" jadi penulis. Dan tanpa disadari dalam keadaan terpaksa ini kita jadi banyak belajar, banyak membaca dan mencari tahu.

Kegiatan malam ini menjadi semakin menarik ketika ada pertanyaan yang banyak diajukan peserta mengenai challenge menulis satu minggu sehingga bukunya bisa diterbitkan di Penerbit Mayor. Gayung besambut, Prof. Ekoji meng-iyakan dan menamai challenge kali ini dengan Februari-17. Penamaan ini merujuk kepada grup belajar menulis gelombang 17.

Jujur sangat tertantang tapi degdegan.  Bisa nggak ya?

Bagaimana dengan teman-teman, mau ikutan challenge Prof. Ekoji? 

 

 





 

Posting Komentar

27 Komentar

  1. mantap, keren buu. lanjuutkan
    semangat berkarya, semangat menginspirasi

    BalasHapus
  2. Keren tulisannya Bun ayo semangat ikut teman2 bersama orang2 hebat agar ikut hebat pula aamiin3

    BalasHapus
  3. Semangat menulis, akan mempercepat keberhasplan..

    BalasHapus
  4. Mantap bu...resumenya dimbumbui dengan bahasa sendiri sehingga enak dibaca

    BalasHapus
  5. Baru selesai resume dan BW, mantaap bu.. resumenya, sama sy juga blm putuskan ikut tantangan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, antara mau ikut tapi masih kepikiran takut nggak maksimal

      Hapus
  6. selamat anda mendapatkan hadiah buku dari penerbit andi yogyakarta, mohon kirimkan alamat lengkap dan nomor hpnya ke omjay di wa 08159155515

    BalasHapus
  7. Semoga saya bisa tertular semangat literasi anda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kita saling menyemangati, itu pentingnya bergabung di komunitas supaya tetap termotivasi juga oleh teman-teman yang lain.

      Hapus
  8. Alhamdulillah selamat dan sukses selalu,...👍🙏

    BalasHapus
  9. Masya Allah, barakallah Aamiin. Alhamdulillah beruntung sudah gabung, smoga ikut tersemangati produktif karya Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah
      InsyaAllah, bergabung di komunitas adalah pilihan yang sangat baik.

      Hapus
  10. Salam kenal, bu.. Keren, saya belum bisa se-produktif ibu nih, karena terlalu sering cari-cari banyak alasan.. hehehehe..

    BalasHapus