Penerimaan Diri

gambar dari unsplash

Beberapa bulan lalu, saya membaca status salah satu penulis favorit saya, mbak Kalis, tentang bullying dan penerimaan diri. Terus keingetan sama diri sendiri. Jadi kalau mbak Kalis dibully karena gap-tooth alias gigi renggang, ogut dibully karena dua gigi kampak yang selangkah lebih maju dari sodara-sodaranya. Dengan kata lain, gigi ogut tonggos 😁

FYI, gigi ini mulai tumbuh bersama sejak ogut kelas 2 SD dan Guess who, yang pertama kali bully?,... tukang foto, gaesWaktu itu ogut mau bikin pasfoto dan pas pose agak kewalahan ya karena cumi (cucah mingkem). Terus tanpa tedeng aling-aling tukang fotonya bilang "Giginya gede banget sih, mana maju lagi", sambil nyengir ke arah temennya. Ogut yang masih SD saat itu cuma bisa kesel dalam hati saja, mau bilang ke mama malah takut mama emosi bisa-bisa digampar abis itu orang. hi hi hi ...

Kemudian pembullyan itu mulai dilakukan juga oleh sodara, teman sekolah, tetangga, orang yang nggak kenal langsung, dan makhluk-makhluk berlambe julid lainnya. Ada yang suka manggil gito (gigi tonggos), gino (gigi nongkrong), gina (gigi nangkring), ginanjar (gigi nangkring kurang ajar), rambo (rada mirip Boneng). 

Tentu saja itu semua mengikis rasa kepercayaan diri ogut waktu kecil. Bersyukur hal itu tidak berpengaruh pada prestasi ogut. Kalau ukurannya nilai raport, alhamdulillah selama SD ogut nggak pernah turun tahta dari ranking 1, selama SMP cuma di kelas 1 saja jadi ranking dua dan pas SMA masih masuk 5 besar. Pernah mewakili sekolah dalam berbagai ajang lomba, pernah ini, pernah itu, jadi ini jadi itu. Eeh udah-udah ntar dikata sombhong amat. ha ha ha...

Waktu kecil dulu banyak tanya dibenak ogut, kenapa sih ada orang-orang bermulut jahat seperti itu. Kenapa sih Tuhan ngasih gigi sama hidung kok butut amat, kenapa sih?... kenapa sih?... 

Sesekali ogut marah sama yang bully dan melampiaskannya. BTW, jangan dikira ogut nggak berani gelut ya. Si Kusnata temen waktu SD tahu betul rasanya bogeman ogut yang bikin dia sampai mimisan. Sesekali orang-orang seperti itu emang nggak boleh dibiarin, harus dikasih pelajaran. Waktu ogut kecil dulu, almarhum mama pernah bilang kira-kira seperti ini, "kalau ada orang jahatin kamu, tapi kamu bisa mengontrol diri kamu untuk tidak membalasnya itu bagus sekali. Tapi kalau kamu tidak kuat, merasa marah dan ingin melampiaskannya silakan saja, tapi harus siap dengan segala konsekuensinya". 

Tapi lama-kelamaan akhirnya masa bodo saja sama prototipe muka ogut dari gigi yang tonggos dengan hidung tiarap yang sering banget dijadikan konten bullyan orang-orang. 

Sabodo teuing kalau kata orang Sunda mah, dipikirin dan dimasukin dalam hati juga nggak bakal bikin prototipe muka ini berubah tanpa harus operasi plastik ya kan?... Seperti itulah ogut kecil dulu mikirnya sesederhana itu saja.

Jadi sejak SD persoalan gigi tonggos dan hidung pesek sudah kelar urusannya sama diri sendiri. Yang bully  gimana?, Ya ada aja, tapi itu urusan mereka bukan urusan ogut. 

Setelah besar baru paham kalau yang seperti itu namanya self-love, sikap untuk memahami bahwa setiap manusia itu punya kekurangan dan kelebihan masing-masing dan kita harus menerimanya dengan tulus dalam bentuk kesadaran penerimaan atas diri, menghargai diri sendiri, percaya dan peduli pada diri sendiri dan hal ini erat kaitannya dengan rasa syukur. Bukankah Tuhan menciptakan susah berpasangan dengan mudah?

"Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." - QS. Al Baqarah : 152 

Akhirnya apapun itu terimakasih untuk semua orang yang pernah membully, kalian telah membuat ogut sekuat ini 😘 

satu lagi prinsip, "Gigi boleh maju, tapi akhlak nggak boleh mundur."😄

Posting Komentar

10 Komentar