Tentang Rasa Sakit


 

gambar dari unsplash.com

Sakit hati atau sakit gigi? 

Jika dihadapkan pada dua pilihan tersebut mana yang mau anda pilih? Saya sih tidak mau dua-duanya, hihihi... Tapi ya namanya hidup pasti akan selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan baik pilihan sendiri maupun yang dipilihkan oleh Pemilik hidup itu sendiri.

Omong-omong soal sakit hati, dari soal tuna asmara sampai war sesama ibu rumah tangga sepertinya sudah pernah saya lewati. Sakit hati bagi saya ya normal saja, semua orang pasti pernah mengalami, meski kasus, waktu, dan bukan berada ditempat yang sama tapi rasanya tetap sama, sakiiiiiit.

Tetapi penting untuk selalu kita ingat dan sadari jangan sampai kita terlampau dibuai rasa sakit yang mengakibatkan kita jadi destruktif dan tidak produktif. Karena kehidupan akan terus berjalan, jadi move on sajalah. Di awal pasti berat, tapi percayalah kita semua bisa melaluinya.

Dulu diantara teman seangkatan, saya yang paling terakhir menikah. Saya sebenarnya tidak masalah dengan hal ini dan menganggapnya biasa saja. Lagipula saya memiliki pencapaian-pencapaian saya sendiri atas apa yang harus saya  prioritaskan dan saat itu menikah memang belum menjadi prioritas saya. Meski calon yang mengantri untuk mengisi hati ini sudah berbaris antri. Sombong!. ha ha ha...

Yang repot justru orang-orang di sekitar saya, keluarga dan sahabat saya. Meski saya tahu maksudnya baik karena mengkhawatirkan status saya sebagai tuna asmara. Tetapi, alamak... puyeng kepala ini dibuatnya. Mama misalnya, hampir ke setiap sahabatnya yang memiliki anak lelaki sepantaran saya pasti dimulailah jurus-jurus perjodohan. Sampai akhirnya pecah perang dunia ke III antara saya dan mama, pasalnya mama mulai membawa kasus tuna asmara saya ke ranah 'orang pintar'. Saking terlalu khawatir melihat bungsunya belum menikah juga dan kena hasut tetangga supaya dibawa ke orang pintar. 

Pada saat itu jujur kecewa sekali sama mama, tapi ya sudahlah namanya juga ibu yang sayang banget sama anaknya kan. Saya masih ingat mama dan bapak pun sampai bertengkar perkara 'orang pintar' ini. Jelas bapak marah besar, selain salah karena tidak sesuai dengan kaidah agama, praktik 'orang pintar-pintaran' ini memang keparat sekali.

Berita baiknya, selang beberapa waktu saya dan teman-teman yang saat itu tergabung di Komunitas Rumah Dunia milik mas Gol A Gong ditawari membuat antologi true story tentang teror dari pertanyaan Kapan Kawin?

Saat itu saya yang sedang tidak baik-baik saja seperti mendapatkan amunisi untuk menutup rapat mulut manusia-manusia yang selalu saja banyak ikut campur pada kehidupan orang lain. Apalagi mengingat antologi ini akan diterbitkan oleh Glitzy Book Publishing salah satu lini di Gramedia Pustaka Utama. Sungguh bersemangat sekali ingin segera meluapkannya dalam tulisan, luapan penuh emosi. hihihi...

Saya meyakini hal tersebut bukan sebuah kebetulan, mungkin Tuhan saat itu ingin mengajarkan arti sabar dan berserah diri pada saya. Karena saya merasa ketika sudah berserah diri atas semua hidup yang saya jalani, baik, buruk, susah, senang, dan semua yang datang silih berganti rasanya tetap sama, nyesss. Adem.

Begini penampakan cover antologi Teror Maried:

cover depan antologi Teror Maried

Bertambah-tambah bahagia ketika mendapati kabar, kami diberi stan khusus di Gramedia Book Fair, yang dinamai Klinik Galau. Sebuah pengalaman baru, bertemu langsung dengan calon pembaca dan berusaha semaksimal mungkin meyakinkan pembaca untuk mau membaca buku kami. Dan rasanya sangat menyenangkan.


Salah satu pembeli buku kami, Mbak Dewi Nova (penulis, penyair, founder Perempuan Berbagi)

Selain itu pengalaman menyenangkan lainnya adalah booksigning, gampangnya menandatangani buku yang dibeli pembaca di stan kami. Adanya interaksi langsung dengan calon pembaca kita adalah sebuah keasyikan tersendiri, dan bisa juga memunculkan ide-ide baru dari interaksi ini yang bisa dituliskan. Selain tentunya menambah jumlah pertemanan disosial media.


Booksigningc, foto candid oleh mbak Dewi Nova


Setelah bertubi-tubi dirundung duka perkara tuna asmara, dalam sekejap digantikanNya dengan pengalaman baru yang menyenangkan. Oh ya, jika ada yang berminat bisa membelinya di Gramedia Digital, bisa klik disini 

Jadi, seperti yang sudah banyak dinasihatkan orang, berbahagialah secukupnya, bersedihlah seperlunya, mencintailah sewajarnya, membencilah alakadarnya dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya. 










 


Posting Komentar

12 Komentar

  1. Lepaskan rasa sakit hati
    Gantilah dengan rasa gembira
    Semoga selalu bahagia
    Bukankah, sakit hati,sedih,gembira
    Dan yang lainnya itu
    Kita sendiri yang membuat nya.


    BalasHapus
  2. Baru dengar istilah tuna asmara...tapi keren Bu, bisa mengalihkan rasa sakit hati dengan produktif menulis..👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya udah lama sih istilahnya, Pak. he he he...

      Itu salah satu manfaat bergabung di komunitas menulis, sakit hatinya jadi lebih produktif

      Hapus
  3. serem judul bukunya teror married hahaha... tapi judul yang kayak begitu biasanya menarik banyak perhatian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang serem itu pertanyaan Kapan Kawinnya, Ha ha ha...
      Bosen nggak sih tiap ketemu lebaran ditanya gitu mulu.
      Tapi itu dulu waktu masih jomblo, wkwkw

      Hapus
    2. asik dong udah ga jomblo lagi yahh.. tinggal aku dong yang belum wkwkwk

      kalo ditanyain gitu, saya sih santai aja haha

      Hapus
    3. curhat ya bun, wkwkkwk

      dulu aku juga nyantai, yang nggak nyantai orang-orang itu, huhuhu...

      Hapus
  4. Waah keren juga nih ceritanya. Semoga tetap semangat berkarya dan mnginspirasi. 👍🙏

    BalasHapus
  5. Bunda... Trimks share ilmunya keren... Lebih baik tdk sakit hati/sakit gigi. Ingin sehat wal'afiat ha.. .Mantap

    BalasHapus